"Gak ada apa-apa!" jawabnya singkat.
"Gak ada apa-apa?" ujarku mengulang kalimatnya, aku tau ia sedang berbohong, sorot matanya berbinar-binar dan ia tersnyum misterius "lalu kenapa kamu senyum-senyum aneh begitu?" lanjutku tidak percaya.
"Bener, gak ada apa-apa kok!" jawab Deni mencoba meyakinkanku.
Katakan saja Den, aku sudah siap kok menjadi kekasihmu. Apa lagi yang kau tunggu? Kita kan sudah cocok dan serasi. Pertemanan kita juga sudah lama terjalin. Dulu memang aku tidak menaruh hati padamu. Namun, karena seringnya kita bertemu membuatku berubah pikiran. Aku sudah siap, benar-benar siap, gumanku meyakinkan hati.
"Leni..." panggil Deni, membuyarkan lamunku, ia tersenyum aneh lagi "saya" ujarnya, lalu diam dan tidak meneruskan kalimatnya.
Aku menunggu ia menyelesaikan apa yang ingin ia katakan, namun ia hanya terdiam memandangku dengan binar mata yang aneh.
Dan rasa sabarku-pun sirna. "Ia" ujarku mencoba memecah kebisuan itu "kenapa den?" tanyaku pelan.
Seketika raut mukanya berubah serius, dan ia terlihat semakin tampan "saya naksir" ia berhenti lagi, dan menatapku tajam. Sesaat mata kami beradu, binar matanya meyakinkanku kalau Deni adalah pacar ideal buatku "saya naksir adikmu, Liza" lanjutnya membuyarkan hayalku, raut wajahnya bersemu merah dan raut wajahku langsung bersemu biru!.
0 komentar:
Post a Comment