Judul: Pilihanku...!
Category: Cerita Pendek Publish at WRM: November 24, 2006
Betapa sedihnya aku saat ini. Aku tidak bisa mendampingi putra tercinta dirumah, disaat ia sedang lucu-lucunya dan sedang membutuhkan perhatian ekstra dari Ibunya.
Perasaan ini semakin menjadi ketika semalam, aku dan suami tiba di rumah. Kami di kejutkan oleh laporan pengasuh Omar, bahwa Omar terjatuh disaat sedang bermain bola dengan teman-temannya.
Aduh mbak ini kali keberapa Omar jatuh seperti ini, batinku dalam hati.
Saat itu ingin rasanya aku marah terhadap Mbak Iyah, pengasuh Omar. Tetapi ku-urungkan niat itu karena Omar menyambut kami dengan tawanya yang hangat dan tingkah lucunya yang sengaja ia tunjukan untuk menarik perhatian kami.
Segera kupeluk erat tubuhnya yang mungil, mengajaknya masuk kerumah dan memeriksa luka di jidatnya.
Aku hanya bisa istigfar saat mendapati luka di jidat Omar lumayan parah. Ada luka memanjang dan bengkak sebesar bola golf, menghiasi jidatnya.
"Maaf ya nak!" bisikku di kuping Omar. Kupeluk erat tubuh mungilnya serasa tak ingin melepasnya, tak terasa air mataku bergulir di pipi. Suamiku hanya mengelus rambutku lembut dan tersenyum melihat putra kami.
Omar meronta mencoba melepaskan pelukanku, saat berhasil melepaskan pelukanku ia mulai berlari kesana kemari. Ngoceh dengan bahasa yang tidak kami mengerti, dengan riangnya, dan perhatiannya teralih ke layar televisi saat iklan kesanyangannya muncul.
Betapa sakitnya hatiku saat itu. Jagoan mungilku terluka parah dan aku tidak sedang disampingnya!.
Ibu seperti apa aku ini? saat putra tercinta sedang kesakitan aku justru sedang bersenda gurau dengan rekan sekantor. Chit-chat dengan teman di mailing list dan ngerumpi dengan teman di telepon!. Kadang aku muak dengan statusku sebagai Ibu yang Bekerja!.
Memang sejak hamil niat untuk menjadi Full Time Mother untuk omar sudah terngiang-ngiang di telingaku. Tapi saat itu, karirku sedang menanjak. Aku baru saja di promosikan menjadi Manager di divisiku. Iming-iming Jabatan dan penghasilan tambahan-lah yang menutup mata hatiku untuk menjadi ibu seutuhnya untuk anakku tercinta, Omar!.
Haruskah aku meninggalkan segalanya?, batinku pelan. Jawaban untuk pertanyaan ini yang tidak pernah kutemukan. Bukan karena pertanyaannya susah! tapi karena aku masih terlalu mencintai pekerjaanku dan karena aku masih terlalu ambisius untuk mengejar impianku.
Apa aku egois? Hanya mementingkan karir dan mengabaikan putraku tercinta!, pikirku.
Setelah seminggu aku mencoba mencari petunjuk pada-Nya. Akhirnya aku memutuskan untuk berhenti bekerja, saja.
Keputusannku sudah bulat untuk mengasuh Omar dan mendampingi Omar disegala kegiatannya.
Aku tidak ingin kehilangan momen indah dan penting dalam hidupnya. Aku takut menyesal dikemudian hari karena tidak bisa melihatnya tumbuh dewasa.
Untuk kesekian kalinya aku membaca surat yang baru saja kubuat, kulipat surat itu dan memasukkan kembali ke amplop putih polos.
"Tekatku sudah bulat!" ujarku dalam hati, lalu meletakkan amplop itu kembali ke laci mejaku.
Hari ini aku akan menghadap atasanku dan menyerahkan amplop putih itu. Amplop yang berisi surat pengajuan pengunduran diriku!.
Bukan hal mudah membuat surat itu. Aku harus melawan ke egoisanku dan sekuat tenaga menekan impianku untuk meninggalkan semua yang sudah kuraih.
Aku telah memilih tugas mulia mengasuh putraku tercinta dan mengabdikan diriku pada suami yang kucinta.
Terima kasih yang tak terhingga kuucapkan ke pada-Nya, karena dengan pentunjuk-Nya aku bisa memilih jalan ini. Impian bisa menunggu!. Kelak, jika kesempatan itu ada aku akan mengejar dan meraihnya kembali. (SA)
Kerja dan Bersenang - Senang !
-
Bekerja dari Starbucks wif My Leaders
Kerja dan Bersenang - senang!
Emank bisa?
Bisa banget kalau di bisnis ku, Oriflame.
Kami bekerja nggak pake stres, ng...
13 years ago
0 komentar:
Post a Comment