Dated: July 4, 2005
Last Edited: March 17, 2008
By: Shrie Amriza
Note: Base on true story!
Sahabat saya adalah wanita impian semua pria, well itu menurut saya dan teman yang mengenalnya. Ia sangat cantik rupawan. Modis. Penampilannya up-to-date, berkulit putih bak mutiara, rambut panjang mengkilat. Penampilannya tidak kalah dengan model-model cantik yang ada di majalah fashion. Dan, yang terpenting dari semua kelebihannya itu, ia juga ber-otak cerdas serta baik hati. Namanya Artitah Kuswondo, dan aku memanggilnya Titah.
Titah, begitu mudah mendekati pria-pria tampan dan mapan. Bila ia menginginkan mereka sebagai teman kencan, ia tinggal menjentikkan kedua jarinya, saat itu juga para pria sudah antri di depannya. Awalnya, semua pria itu hanya dijadikan teman kencan sesaat saja, tidak pernah sekalipun ia jatuh hati pada mereka.
“Saya tidak mau melibatkan perasaan,” ujarnya saat itu.
Namun semua berubah saat ia bertemu dengan Bimo, rekan bisnis perusahaan kami yang telah menikah dan mempunyai dua orang anak. Intensitas pertemuan kerja, membuat hubungan Titah dan Bimo semakin dekat . Well, dekat bukan sekedar dekat saja, tapi Titah mulai menaruh hati padanya.
"Saya merasakan getar-getar aneh bila berada di dekat Bimo", ungkap Titah beberapa waktu lalu. Dan saya hanya dapat tersenyu ketika ia mulai memuji Bimo. Hal yang tak pernah ia lakukan selama saya mengenalnya.
****
Pagi itu, Titah datang sedikit terlambat. Ekspresi wajahnya berbeda dari biasa, ia terlihat sumringah. Saya yakin sekali jika ekspresinya seperti itu, ia pasti sedang bahagia! Titah melewati ruangan saya, melirik sesaat dan melempar senyumnya yang paling manis, lalu bergegas masuk ke ruangannya.
"Pagi say…"sebuah pesan di ICR saya muncul, rupanya Titah sedang ingin menceritakan sesuatu. Seperti biasa, kami selalu ngobrol melalui Internal Chat Room, salah satu hiburan di kantor kami. Sudah menjadi kebiasaan, bila tiba di kantor hal pertama yang akan saya lakukan adalah membuka ICR, begitupun dengannya.
"Romannya happy banget, Ta?" saya mencoba mengorek informasi. Maklum, saya merasa penasaran melihat tampangnya yang sumringah.
"Masa sih?"
"Iya, dapat sesuatu dari Dimas?" tebak saya asal.
"Bukan, bukan dengan Dimas, tapi dangan Bimo" jawabnya.
Tentu saja saya kaget. Dengan Bimo! Sejak kapan ia peduli dengan teman kencannya?
"Bimo?" kuketik kata itu tapi tidak langsung menekan tombol SEND, kerongkongan saya tiba-tiba terasa kering, mungkin efek shock dengan beritanya, segera saya mengambil susu hangat yang disediakan oleh Mang Jami, office boy kami, lalu meminumnya beberapa teguk. Bimo yang saya kenal hanya ada satu dan itu adalah client kami "Bimo yang mana, tah?" saya coba memastikan kalau orang yang sedang ia bicarakan adalah orang yang sama dengan apa yang sedang saya pikirkan, lalu saya mengklik tombol send.
Tiba-tiba muncul pesan singkat darinya lagi "Come on! Say, I think I'm fall in love with him."
"With who?" Spontan saya menulis kalimat itu, saya sangat terkejut dengan apa yang barusan ia katakan.
"Say, saya serius nih, please!" Kalimat itu muncul seketika di monitor.
"Edann!," ketikku, lalu berdiri dari kursi dan langsung menuju keruangannya.
Well, ternyata benar. Ia sedang jatuh cinta dengan Bimo, Bimo Atmaja Client perusahaan kami. Bagaimana dengan Dimas? Apakah ia pernah memikirkan perasaan Dimas?
Yang paling membuat saya shock, beberapa waktu yang lalu ia mengatakan kalau ia sudah berniat untuk menggugat cerai suaminya, Dimas. Karena menurut Titah, perkawinannya dengan Dimas bagaikan sayur tanpa garam, HAMBAR! Itulah yang menyebabkan ia sangat tertarik dengan sosok Bimo yang sangat dewasa dan perhatian padanya. Saya mencoba menasehatinya, agar memikirkan lagi semua tindakan yang ia pilih. Tapi, itu usaha saya dan usaha teman-teman yang lain sia-sia. Karena beberapa minggu setelah kejadian pagi itu. Kembali saya harus terkejut dengan ceritanya...
"Say, gugatan cerai saya, sekarang sudah terdaftar di pengadilan agama Negeri Jakpus".
Saya benar-benar tidak menyangkah secepat ini ia akan mengajukan gugatan cerainya. Jujur saja saya bingung mau berkomentar apa. Belum sempat saya mengetik sesuatu, tiba-tiba ada pesan singkat lagi darinya "Aku juga sudah minta Dimas untuk mempercepat proses ini."
"Begitu cepat dan gampangkah Titah sahabat saya mengakhiri perkawinannya?" saya berguman di dalam hati.
"Wah, secepat ini Tah?" hanya itu yang bisa kuketik. Rasanya otak saya susah untuk memikirkan kata-kata lain dan saya juga enggan untuk memikirkan masalah yang sedang ia hadapi saat ini. Ups! mungkin ini bukan masaalah buatnya tapi ini merupakan awal menuju gerbang kebahagiaan untuknya, benarkah?
"Say, udah 7 tahun lo!" kembali pesan singkatnya muncul .
Well, sebenarnya dia tidak salah juga. Memang betul 7 tahun menikah tanpa di karuniai seorang anak pasti lah membosankan. Apa lagi gaya hidupnya dengan gaya hidup Dimas sangat jauh berbeda. "Bukan karena Bimo kan?" Saya tak sanggup lagi menahan keinginan untuk bertanya seperti itu.
"Kalau mau jujur sih, pastinya iya. Bimo yang membuka mata hati saya untuk segera menceraikan Dimas"
Begitu besarkah pengaruh Bimo dalam hidupnya saat ini? Apakah bijak menggugat cerai Dimas karena di sarankan oleh Bimo, yang notabene adalah selingkuhannya? Bagaimana kalau Dimas tau, kalau ia digugat cerai karena orang ketiga? Apa yang ia harapkan dari Bimo? Bagaimana kalau istri Bimo mengetahui affair mereka? Pertanyaan-pertanyaan itu seolah berlomba keluar dari pikiran saya. Tapi rasanya jari ini kaku untuk mengetik satu katapun!
Perkawinan sahabat saya, tak bisa di pertahankan. Proses perceraiannya pun selesai, degan berat hati Dimas akhirnya keluar dari rumah, ia pindah kerumah orang tuanya. Sementara sahabat saya, mengundurkan diri dari kantor. Ia juga tetap melanjutkan kisah asmaranya dengan Bimo dan tentu saja banyak orang-orang tak berdosa yang harus menanggung penderitaan.
****
Hari ini, genap lima tahun sudah sejak kejadian itu. Betapa terkejutnya saya saat saya melihat Titah sedang antri di kasir di sebuah pusat perbelanjaan, dan saya berdiri tepat di belakangnya.
"Titah?" panggil saya ragu-ragu. Saat itu saya memang ragu, saya takut kalau saya salah orang. Wajar saja keraguan saya itu timbul, karena Titah yang berdiri di depan saya terlihat berubah 190 derajat. Kecantikannya memang tidak berubah masih sama seperti dulu. Yang berubah adalah penampilannya, SURPRISE! Benar-benar di luar dugaan. Ia terlihat semakin cantik dengan hijabnya, ia terlihat santun dan lembut.
Betapa bahagianya saya, karena saya memang tidak salah orang, ia Titah sahabat saya yang telah hilang sekian tahun. Seketika, ia langsung mengenali saya.
Kami langsung menuju sebuah cafetaria kecil untuk melepas kangen dan bertukar kabar. Saya lagi-lagi harus terkejut dengan ceritanya. Betapa tidak, Ia baru saja mengatakan kalai saat ini ia kembali rujuk dengan Dimas!.
Saya sangat terharu, terlebih saat ia mengatakan kalau mereka telah dikaruniai seorang putra yang kini telah berusia dua tahun. Saat itu, saya tak kuasa menitikkan air mata. Saya merasa berdosa pernah menganggapnya negatif kekita ia menggugat cerai Dimas.
“Ta, Allah memang maha adil.” Kubisikkan di telinga nya, saat kami akhirnya harus berpisah.
****
Kisah sahabat saya ini semakin membuat saya yakin 100%, bahwa rezeki, jodoh dan ajal sudah ditentukan oleh-Nya. Jadi sekuat apapun usaha kita untuk mengubahnya, atau keluar dari rel itu, maka Ia akan mengembalikan kita ke rel yang telah Ia tentukan, Walahu a' lam, Allah maha besar.(SA)
Jakarta, 24 November 2005
2 komentar:
Rie, do i know yr f?
KML
Ya enggak la bro :P:P:P
Post a Comment