Last Edited: November 30, 2006 - By: Shrie amriza (SA)
Usia putra saya saat ini sudah 2th 7bln, usia dimana ia sedang ingin menyalurkan semua energi yang ada di dalam dirinya. Sebagai orang tua, saya dan suami berusaha membantu putra kami untuk menyalurkan semua energinya dengan tepat, dan mengembangkan keterampilannya dengan baik.
Dinding rumah kami hampir penuh dengan coretan crayon, kursi, lemari, pintu, cark park, lantai pun tidak luput dari sasarannya. Terkadang timbul rasa ingin melarangnya, namun apa daya, si kecil tidak perduli, ia hanya mau menyalurkan kebisaan-nya yang baru itu.
Sejauh ini saya dan suami membuat kesepakatan dengan-nya, kami memberi ijin padanya untuk mencoret-coret 1 sisi tembok di kamar, lalu ia boleh mencoret cark park, lantai dan kursi. Beruntung ia mau berkompromi, tapi kadang-kadang kalau lagi over exiting dia lupa dengan kesepakatan itu, kalau sudah begini saya dan suami hanya bisa tersenyum, dan mencoba mengingatkannya kembali.
Selain senang mencoret-coret, ia juga sedang senang mendengarkan musik, sejauh ini kami menyediakan medianya dengan membeli DVD musik anak-anak, seperti; barney, sesame street dan lain-lain.
Hasilnya ia jadi sering kali menendangkan lirik lagu-lagu itu, walaupun dengan kosa kata yang belum jelas, tapi jujur membuat kami senang dengan tingkahnya.
Ia juga senang sekali melompat-lompat di tempat tidur, bila sedang mendengar musik. Memang sih untuk urusan senang musik dan lompat-lompat tadi belum kami arahkan dengan baik, sejauh ini kalau ia sedang serius mengikuti lirik lagu kami hanya memberinya "remote control" untuk ia jadikan microphone.
Sementara untuk menyalurkan bakat lompat-lompatnya, kami belum kepikiran memasukkan-nya ke gym, kami menunggu sampai ia berusia 3 tahun saja, kalau memang hobby lompat-lompatnya tadi masih ada baru kami akan mencari gym yang cocok untuknya.
Ini untuk kesekian kalinya saya berkomentar "AMAZING!!", dunia tumbuh kembang anak memang sangat luar biasa, loncatan perkembangan anak se-usia putra saya benar-benar sangat cepat, membuatku kembali harus/wajib membuka-buka buku panduan dan sebisa mungkin mencari informasi, bagaimana cara menghadapinya!.(SA)
Kata Pengantar an Blogfam : Labibah Zain (216 Kata)
Mau tau siapa saja Penulis -Penulis Blogfam, berikut list nya: - Syafrina Siregar- Nahria Medina
- Gredika Enha
- Sari SaFitri Mohan
- Linda Astuti
- Ryu Tri
- Masatomo-Mamat
- Iwok Abqary
- Pritha Khalida
- Ika Widyastuti
- La Rane Hafied
- Tuteh Pharmantara
-Ririn Teguh Setyowati
-Nunik Utami Ambarsari
-Primadonna Angela
- Labibah Zain
- Zeeca
-Shrie Amriza
- Muhamad Sidik
- Arief Yudhanto
- Sylvia R. Agustini
- Alps
- Riesna
-Dewi Rieka
- Farika R. Lawendatu
- Rizka Boedhiyono
- Nana
- Wa Ode Nirmala Ningrum
-Yunisri Murliani
- Hesti Pratiwiafwian
- Be Samyono
- Arie Ishami
- Cepi Komara
- Indahjuli Usmar Sibarani
- Tira
- B. Dwiagus S
- Martha Pratana
- Adhika Putra Rakhmatullah
-Chelly TW
- Ang Tek Khun
- Adhi
- Amril Taufik Gobel
-Elsa van der Veer
Editor:
Labibah Zain
Elsa van der Veer
Amril Taufik Gobel
1. Kategori Pendidik (guru,dosen,staf pengajar yayasan atau bidang pendidikan lainnya)
Syarat:
* Foto copy KTP
* Foto copy surat keterangan mengajar (SK) / Jadwal mengajar << ini bisa pake punya sodara atau temen juga gpp... :D
* Materai 6000, 2 lembar
* Aktivasi Rp.82,500
* Modem ADSL Rp.380,000
Proses aktivasinya cepat sekali tidak sampai 1 jam, sudah bisa online ...
Chapter: satu
Word: 153 Words
Created: Nov 17, 2006
Last Edited:
Apa aku berubah? Aku tidak merasa menghindarinya. Itu pasti perasaan Deni saja.
"Berubah? Itu perasaan mu saja den," jawabku.
"Kamu berubah Lin."
"Saya biasa saja kok!, gak ada yang berubah" jawabku, mencoba meyakinkannya.
"Trus kenapa kamu tidak melihatku? Ini bukan seperti kamu yang saya kenal!" ujar deni.
Bagaimana aku bisa melihatmu kalau hati ini tidak sanggup melakukannya. Aku takut kalau aku akan semakin sakit menerima kenyataan itu, kenyataan kalau ternyata kau mencintai Adikku, Liza. Aku tidak tau kenapa aku bersikap begini padamu!.
"Saya sedang terburu-buru, mau ke perpus!" jawabku dan segera berlari meninggalkan-nya. Deni mencoba memanggilku, namun aku tidak berhenti karena aku malu pada diriku sendiri, aku malu kalau ia melihatku sedang menangis, menangisi kenyataan bahwa cintaku bertepuk sebelah tangan!.
Dated: July 4, 2005
Last Edited: March 17, 2008
By: Shrie Amriza
Note: Base on true story!
Sahabat saya adalah wanita impian semua pria, well itu menurut saya dan teman yang mengenalnya. Ia sangat cantik rupawan. Modis. Penampilannya up-to-date, berkulit putih bak mutiara, rambut panjang mengkilat. Penampilannya tidak kalah dengan model-model cantik yang ada di majalah fashion. Dan, yang terpenting dari semua kelebihannya itu, ia juga ber-otak cerdas serta baik hati. Namanya Artitah Kuswondo, dan aku memanggilnya Titah.
Titah, begitu mudah mendekati pria-pria tampan dan mapan. Bila ia menginginkan mereka sebagai teman kencan, ia tinggal menjentikkan kedua jarinya, saat itu juga para pria sudah antri di depannya. Awalnya, semua pria itu hanya dijadikan teman kencan sesaat saja, tidak pernah sekalipun ia jatuh hati pada mereka.
“Saya tidak mau melibatkan perasaan,” ujarnya saat itu.
Namun semua berubah saat ia bertemu dengan Bimo, rekan bisnis perusahaan kami yang telah menikah dan mempunyai dua orang anak. Intensitas pertemuan kerja, membuat hubungan Titah dan Bimo semakin dekat . Well, dekat bukan sekedar dekat saja, tapi Titah mulai menaruh hati padanya.
"Saya merasakan getar-getar aneh bila berada di dekat Bimo", ungkap Titah beberapa waktu lalu. Dan saya hanya dapat tersenyu ketika ia mulai memuji Bimo. Hal yang tak pernah ia lakukan selama saya mengenalnya.
****
Pagi itu, Titah datang sedikit terlambat. Ekspresi wajahnya berbeda dari biasa, ia terlihat sumringah. Saya yakin sekali jika ekspresinya seperti itu, ia pasti sedang bahagia! Titah melewati ruangan saya, melirik sesaat dan melempar senyumnya yang paling manis, lalu bergegas masuk ke ruangannya.
"Pagi say…"sebuah pesan di ICR saya muncul, rupanya Titah sedang ingin menceritakan sesuatu. Seperti biasa, kami selalu ngobrol melalui Internal Chat Room, salah satu hiburan di kantor kami. Sudah menjadi kebiasaan, bila tiba di kantor hal pertama yang akan saya lakukan adalah membuka ICR, begitupun dengannya.
"Romannya happy banget, Ta?" saya mencoba mengorek informasi. Maklum, saya merasa penasaran melihat tampangnya yang sumringah.
"Masa sih?"
"Iya, dapat sesuatu dari Dimas?" tebak saya asal.
"Bukan, bukan dengan Dimas, tapi dangan Bimo" jawabnya.
Tentu saja saya kaget. Dengan Bimo! Sejak kapan ia peduli dengan teman kencannya?
"Bimo?" kuketik kata itu tapi tidak langsung menekan tombol SEND, kerongkongan saya tiba-tiba terasa kering, mungkin efek shock dengan beritanya, segera saya mengambil susu hangat yang disediakan oleh Mang Jami, office boy kami, lalu meminumnya beberapa teguk. Bimo yang saya kenal hanya ada satu dan itu adalah client kami "Bimo yang mana, tah?" saya coba memastikan kalau orang yang sedang ia bicarakan adalah orang yang sama dengan apa yang sedang saya pikirkan, lalu saya mengklik tombol send.
Tiba-tiba muncul pesan singkat darinya lagi "Come on! Say, I think I'm fall in love with him."
"With who?" Spontan saya menulis kalimat itu, saya sangat terkejut dengan apa yang barusan ia katakan.
"Say, saya serius nih, please!" Kalimat itu muncul seketika di monitor.
"Edann!," ketikku, lalu berdiri dari kursi dan langsung menuju keruangannya.
Well, ternyata benar. Ia sedang jatuh cinta dengan Bimo, Bimo Atmaja Client perusahaan kami. Bagaimana dengan Dimas? Apakah ia pernah memikirkan perasaan Dimas?
Yang paling membuat saya shock, beberapa waktu yang lalu ia mengatakan kalau ia sudah berniat untuk menggugat cerai suaminya, Dimas. Karena menurut Titah, perkawinannya dengan Dimas bagaikan sayur tanpa garam, HAMBAR! Itulah yang menyebabkan ia sangat tertarik dengan sosok Bimo yang sangat dewasa dan perhatian padanya. Saya mencoba menasehatinya, agar memikirkan lagi semua tindakan yang ia pilih. Tapi, itu usaha saya dan usaha teman-teman yang lain sia-sia. Karena beberapa minggu setelah kejadian pagi itu. Kembali saya harus terkejut dengan ceritanya...
"Say, gugatan cerai saya, sekarang sudah terdaftar di pengadilan agama Negeri Jakpus".
Saya benar-benar tidak menyangkah secepat ini ia akan mengajukan gugatan cerainya. Jujur saja saya bingung mau berkomentar apa. Belum sempat saya mengetik sesuatu, tiba-tiba ada pesan singkat lagi darinya "Aku juga sudah minta Dimas untuk mempercepat proses ini."
"Begitu cepat dan gampangkah Titah sahabat saya mengakhiri perkawinannya?" saya berguman di dalam hati.
"Wah, secepat ini Tah?" hanya itu yang bisa kuketik. Rasanya otak saya susah untuk memikirkan kata-kata lain dan saya juga enggan untuk memikirkan masalah yang sedang ia hadapi saat ini. Ups! mungkin ini bukan masaalah buatnya tapi ini merupakan awal menuju gerbang kebahagiaan untuknya, benarkah?
"Say, udah 7 tahun lo!" kembali pesan singkatnya muncul .
Well, sebenarnya dia tidak salah juga. Memang betul 7 tahun menikah tanpa di karuniai seorang anak pasti lah membosankan. Apa lagi gaya hidupnya dengan gaya hidup Dimas sangat jauh berbeda. "Bukan karena Bimo kan?" Saya tak sanggup lagi menahan keinginan untuk bertanya seperti itu.
"Kalau mau jujur sih, pastinya iya. Bimo yang membuka mata hati saya untuk segera menceraikan Dimas"
Begitu besarkah pengaruh Bimo dalam hidupnya saat ini? Apakah bijak menggugat cerai Dimas karena di sarankan oleh Bimo, yang notabene adalah selingkuhannya? Bagaimana kalau Dimas tau, kalau ia digugat cerai karena orang ketiga? Apa yang ia harapkan dari Bimo? Bagaimana kalau istri Bimo mengetahui affair mereka? Pertanyaan-pertanyaan itu seolah berlomba keluar dari pikiran saya. Tapi rasanya jari ini kaku untuk mengetik satu katapun!
Perkawinan sahabat saya, tak bisa di pertahankan. Proses perceraiannya pun selesai, degan berat hati Dimas akhirnya keluar dari rumah, ia pindah kerumah orang tuanya. Sementara sahabat saya, mengundurkan diri dari kantor. Ia juga tetap melanjutkan kisah asmaranya dengan Bimo dan tentu saja banyak orang-orang tak berdosa yang harus menanggung penderitaan.
****
Hari ini, genap lima tahun sudah sejak kejadian itu. Betapa terkejutnya saya saat saya melihat Titah sedang antri di kasir di sebuah pusat perbelanjaan, dan saya berdiri tepat di belakangnya.
"Titah?" panggil saya ragu-ragu. Saat itu saya memang ragu, saya takut kalau saya salah orang. Wajar saja keraguan saya itu timbul, karena Titah yang berdiri di depan saya terlihat berubah 190 derajat. Kecantikannya memang tidak berubah masih sama seperti dulu. Yang berubah adalah penampilannya, SURPRISE! Benar-benar di luar dugaan. Ia terlihat semakin cantik dengan hijabnya, ia terlihat santun dan lembut.
Betapa bahagianya saya, karena saya memang tidak salah orang, ia Titah sahabat saya yang telah hilang sekian tahun. Seketika, ia langsung mengenali saya.
Kami langsung menuju sebuah cafetaria kecil untuk melepas kangen dan bertukar kabar. Saya lagi-lagi harus terkejut dengan ceritanya. Betapa tidak, Ia baru saja mengatakan kalai saat ini ia kembali rujuk dengan Dimas!.
Saya sangat terharu, terlebih saat ia mengatakan kalau mereka telah dikaruniai seorang putra yang kini telah berusia dua tahun. Saat itu, saya tak kuasa menitikkan air mata. Saya merasa berdosa pernah menganggapnya negatif kekita ia menggugat cerai Dimas.
“Ta, Allah memang maha adil.” Kubisikkan di telinga nya, saat kami akhirnya harus berpisah.
****
Kisah sahabat saya ini semakin membuat saya yakin 100%, bahwa rezeki, jodoh dan ajal sudah ditentukan oleh-Nya. Jadi sekuat apapun usaha kita untuk mengubahnya, atau keluar dari rel itu, maka Ia akan mengembalikan kita ke rel yang telah Ia tentukan, Walahu a' lam, Allah maha besar.(SA)
Jakarta, 24 November 2005
Word: 221 Words
Date: November 7, 2006
Tiba-tiba saja Handphoneku berdering, tertera nomor Andi di layar handphone "Hallo, mas sudah di mana?" tanyaku setengah merajuk, aku tau ia pasti akan memberi jawaban klise seperti biasanya, jadi tidak akan ada gunanya kalau aku harus mebuang energiku untuk marah!.
"Maaf ini baru keluar dari ruang meeting," jawabnya.
"Kenapa gak bilang kalau mas mau meeting," ujarku mencoba menahan diri untuk tidak marah "mas, kantorku sudah gelap nih..., tinggal aku sendiri di kantor!" aku memang tinggal seorang diri di lantai ini, semua rekan kerjaku sudah pada hilang sejak jam enam tadi.
"Sabar ya sayang," ujarnya lembut Andi sedang mencoba menenangkanku, itu memang jurus ampuhnya. Setiap kali ia harus lembur dengan tiba-tiba ia pasti meminta maaf dan merayuku, anehnya selalu saja aku luluh dengan rayuannya "ini mas sudah mau jalan kok!" lanjutnya.
Aku beranjak meninggalkan ruanganku menuju lobby di lantai satu, rasanya lebih nyaman bila menunggunya disana. Namun baru saja pintu lift terbuka, tiba-tiba handphoneku berbunyi dan nama andi muncul di layar handphone!
"Sayang, maaf ya aku harus meeting dengan Pak Danu di Mulia Hotel" ujarnya merasa bersalah.
Rasanya kesabaranku sudah habis, ingin rasanya aku teriak, Dasaaarr!!! Gilaa Kerja....
Yap, saat ini jagoan kecilku sedang batuk dan flu, sebenarnya batuk ini sudah cukup lama ada, kalau gak salah ingat ia batuk sebelum lebaran, tapi hilang dan timbul sampai sekarang ini, menurutku ini yang lebih parah soalnya batuknya + bonus flu segala, so semalam aku begadang jagain suhu kamar agar tetap lembab juga tidak panas.
Serba salah jadinya, kalau suhu kamar teralu dingin dan kering maka ia akan terbatuk-batuk dan akhirnya bangun + nangis, sementara kalau suhu kamar terlalu panas maka ia akan mandi keringat seperti sedang sauna, karena panas maka ia mengigau gak jelas dan endup nya nangis jejeritan dan minta di gendong, fiiuuhhh! semalaman aku jadi begadang, dan hasilnya sekarang gak ngantor secara mata kok jadi 5 watt gini...
Tapi pas mau tidur, eehhh kok otak gak mau kompromi, maunya di depan notebook aja cek email dan updated blog, belum lagi sebuah project asal ku sedang menunggu minta di lirik, hiksss bener-bener deh hari ini buat diriku jadi sutrissno...
Balik lagi ke jagoan kecilku, sekarang dia sudah tertidur pulas tuh dengan nafas yg terdengar dari jarak meja kerjaku 8 meter dari tempat tidurnya. Sekalian curhat ah, jagoan kecilku masih bermasalah dengan acara makan, masalah klasik yang selalu menggangguku, bukan apa-apa karena ia sering nolak makan jadinya suka masuk angin dan jadi diare, atauu stok susu jadi berlipat2 karena ia hanya mau minum susu, piyeeee ini kok masalah susah makan belum selesai juga ya... aku sampai punya literatur panduan How To Make A Kid Love Food yang kusadur dari curhat para ibu-ibu, tapi tueteep aja tuh bila acara makan tiba musti perang dingin dulu, kadang kalau aku tega tak biarin aja gak makan ampe seharian, kadang berhasil dia minta makan sendiri dan habis banyak, tapi kadang kok dia menang juga gak makan ampe 2 hari tahan tuh! yang ada diriku kena omelan musia...!
Dannn... yang terakhir, aku sedang aware dengan perkembangan bicaranya Late talking, sekarang diriku sedang nguprek nguprek file Dhyspatic Development yang di anjurkan Bu Julia, semalam diriku begadang buat baca-baca file itu, syukurlah jagoan kecilku itu belum perlu untuk di bawah ke speech patalog seperti yang ingin kulakukan sebelumnya, kepanjangan kali ya curhatnya nanti saya coba lanjutkan tentang perkembangan bicara ryu dan sebaiknya apa yang harus aku/suami lakukan dalam menangani jagoan kecil kami...
Pamit mundur dulu ah, mau berusaha tidur mumpung si jagoan sedang pulas... "obat tidurku yuhuuu di mana kau berada..."
"Gak ada apa-apa!" jawabnya singkat.
"Gak ada apa-apa?" ujarku mengulang kalimatnya, aku tau ia sedang berbohong, sorot matanya berbinar-binar dan ia tersnyum misterius "lalu kenapa kamu senyum-senyum aneh begitu?" lanjutku tidak percaya.
"Bener, gak ada apa-apa kok!" jawab Deni mencoba meyakinkanku.
Katakan saja Den, aku sudah siap kok menjadi kekasihmu. Apa lagi yang kau tunggu? Kita kan sudah cocok dan serasi. Pertemanan kita juga sudah lama terjalin. Dulu memang aku tidak menaruh hati padamu. Namun, karena seringnya kita bertemu membuatku berubah pikiran. Aku sudah siap, benar-benar siap, gumanku meyakinkan hati.
"Leni..." panggil Deni, membuyarkan lamunku, ia tersenyum aneh lagi "saya" ujarnya, lalu diam dan tidak meneruskan kalimatnya.
Aku menunggu ia menyelesaikan apa yang ingin ia katakan, namun ia hanya terdiam memandangku dengan binar mata yang aneh.
Dan rasa sabarku-pun sirna. "Ia" ujarku mencoba memecah kebisuan itu "kenapa den?" tanyaku pelan.
Seketika raut mukanya berubah serius, dan ia terlihat semakin tampan "saya naksir" ia berhenti lagi, dan menatapku tajam. Sesaat mata kami beradu, binar matanya meyakinkanku kalau Deni adalah pacar ideal buatku "saya naksir adikmu, Liza" lanjutnya membuyarkan hayalku, raut wajahnya bersemu merah dan raut wajahku langsung bersemu biru!.
"Iya nanti aja, kan belum setahun" jawabku males.
"Tapi itu harus di cek lo!" ujar Dia, dengan tenang.
"Nanti aja deh, sekarang masih sibuk nih!" jawabku mengelak dari apa yang Dia suruh.
2 Tahun yang lalu...
"Pokoknya saya takut!" pekikku.
"Kenapa musti takut" ujar Dia dengan lembut "kan lebih sakit dikala kau berjuang menjadi seorang ibu?" lanjutnya dengan sabar.
"Ya, kalau takut tetap takut" jawabku masih diliputi emosi dan meninggalkan Dia.
1 Tahun yang lalu...
"Yuk di cek, sudah hampir 3 tahun lo" mencoba untuk kesekian kalinya "nanti ada apa-apa...!" lanjutnya, menakutiku.
"Iya nanti saya buat janji" jawabku asal.
2 Minggu yang lalu...
"Aku sudah buat janji, sabtu besok kesana ya!" ujarku tiba-tiba. Dia kaget dengan apa yang baru saja saya ucapkan.
"OK" jawab Dia semangat.
3 Hari yang lalu...
"Minggu depan aja ya" ujarku pelan. Ketakutan mulai melanda diriku lagi.
"Iya" jawab Dia tetap semangat.
Hari ini... November 7, 2006
"AKU HARUS BERANI...! HARUS BERANI!" Pekikku dalam hati.
Word: 205 Words
Date: November 3, 2006
Last edited:
Mereka tersenyum padaku saat kubuka kelopak mataku yang terasa berat, dan akupun membalas senyum bahagia meraka.
Aku mencoba bangun dari tempat tidur itu, namun badanku terasa kaku luar biasa. "Aku di mana bu?" ujarku pelan "kenapa ibu menangis?" tanyaku lagi.
"Kamu di rumah sakit sayang" ujar ibuku lembut dan mencium pipiku.
"Dina," panggil ayahku lembut, aku menoleh padanya "kamu kecelakaan nak, mobil kamu menabrak pembatas jalan tol" ujarnya lirih.
Aku bingung, shock dengan apa yang baru saja mereka katakan "Apa yang terjadi yah? Sudah berapa lama aku disini?" tanyaku.
"Nak," ujar ibuku, sambil memegang tanganku "kamu koma setelah kejadian itu, dan ini sudah hari ke 382 kamu terbaring disini" air mata ibu kembali berlinang.
Aku tidak ingat dengan kecelakaan itu. Aku hanya ingat kalau sore itu aku di pecat dari kantorku, aku dipecat setelah aku mengabdi selama 7 tahun di perusahaan itu, aku di pecat dengan tidak manusiawi!.
Terngiang di telingaku saat Pak Dibyo manager HRD menyampaikan berita duka itu "Saudari Dina, anda termasuk dari 10 orang karyawan yang di PHK ! ini hari terakhir saudari berstatus sebagai karyawan disini." Aku hanya ingat itu!.
Semua naskah cerpen dan novel yang sedang kukerjakan tak bisa aku updated karena keteledoranku.
Lalu aku harus mengerjakan apa?. Apa aku harus berdiam diri saja dan membunuh waktu dengan menonton sinetron?.
Tidak, aku tidak boleh melakukan itu. Aku harus melakukan sesuatu yang berguna. Tapi apa itu sesuatu yang berguna?.
Sumpah aku tidak memahami arti dari kata sesuatu yang berguna itu seperti apa? Ada yang bisa memberi tahuku arti kata itu?.
Apa mungkin corat coret seperti ini bisa di bilang berguna?.
Ah, sudahlah. Lebih baik aku tidur dan berharap di tengah tidurku aku mendapatkan ide baru.
Sudah lama saya tidak menulis tentang putraku Ryuga. Sebenarnya jemariku sudah ingin sekali menulis, tapi karena banyak perkembangan baru yang terjadi dengannya membuat saya bingung mau mulai dari mana!.
Saya coba mulai membahas tentang keberaniannya tidur sendiri. Hampir dua bulan ini ryuga tidur pisah ranjang dengan kami, memang sih kami tetap sekamar tapi keberaniannya itu membuatku senang sekali.
Kadang saya sedih juga, disaat saya ingin kelonin dia di ranjang saya. Eh, ryuganya malah tidak mau, ia meminta turun dan balik tidur keranjangnya.
Ia juga menjadikan ranjang itu daerah kekuasaan-nya. Ia tidak mengijinkan orang lain tidur disitu, saya dan suami saja kadang suka di larang bobo di ranjangnya, "keluar, keluarrr" pekik ryuga kalau sudah melarang kami.
Jadi kalau kami ingin kelonin dia, ya harus di ranjangnya dan tentunya pada saat ia mau. Kalau dia lagi tidak ingin jangan pernah memaksa karena ia akan ngambek.
Duh! Saya jadi tidak ingin membayangkan proses alamia itu tiba! Ia akan sibuk sekolah, kuliah, bekerja dan akhirnya menikah!. Menikah dan tinggal bersama keluarganya, oh tidak rasanya berat harus berpisa dengannya, jujur saja saya takut memikirkan bahkan membayangkan saat itu tiba.
Tapi bukannya sebagai orang tua yang baik, kita harus memberi support pada anak kita agar mandiri? Sewajarnya memang harus begitu.
Semoga saya bisa menjadi ortu yang baik buat Ryuga, Amien.