Pernah suatu ketika, suami mengatakan “Jadi FTM aja Bun, asalkan Bun mau ngirit, InsyaAllah cukup kok!” Tapi, saya sedikit takut mengambil keputusan. Saya merasa masih mempunyai tanggung jawab untuk membantu keluarga. Masih ada Ayah yang butuh biaya untuk berangkat Haji tahun ini, masih ada adikku yang sedang mengambil gelar masternya dan juga butuh biaya, masih ada ponakan yang juga butuh bantuan, dan tentu saja masih ada mimpi yang ingin kugapai.
Sungguh anehnya saya ini. Ketika saya ditawarkan menjadi FTM, saya merasa takut. Dan ketika saya dihinggapi rasa lelah/kejenuhan dalam bekerja, saya ngotot sekali ingin segera menjadi FTM. Apa lagi saat, buah hati tercinta dengan polosnya melarang saya untuk bekerja. Huhuhu ingin sekali saya STOP melakukan pekerjaan yang sangat saya cintai ini.
Saat-saat seperti inilah saya merasa saya seperti berada di ‘grey area’ susah menentukan apa yang sebenarnya akan saya pilih? Apa yang sebenarnya saya inginkan?
Ketika menerima undangan, terus terang saya nggak minat. Soalnya jadwalnya hari kerja. Ya sudah, saya suruh saja adik saya yang kebetulan masih libur kuliah untuk menggantikan saya.
Inti dari hasil pertemuan itu, adalah sbb: - Anak PG tidak wajib ikut. - Anak TK A boleh dan tidak. - Anak TK B wajib ikut. ** Dan tentu saja, hal bayar membayar sangat di highlight .
Oke, syukurlah PG tidak wajib ikut, secara saya juga agak-agak kurang sreg bila Ryuga akan di tes IQ sekarang. Rasanya belum perlu dan juga apa bisa maksimal penilaiannya, mengingat tingkat konsentrasi anak seperti Ryuga ini sangat minus .
Well, liat saja nanti lah, bila Ryuga sudah TKB.
Mulai dari komplaint yang saya lakukan terus-terusan ke 147, hingga dengan vonis sang teknisi yang mengatakan kalau modem ADSL saya RUSAK. Sigh, akhirnya di tengah bulan yang lagi bokek2nya, saya harus merogoh kantung terdalam saya untuk membeli sebuah modem ADSL lagi.
Tidak sampai di situ saja, ketika modem sudah terpasang, koneksinya pun masih mati hidup, bahkan sepanjang hari minggu kemarin internetnya malah mati TOTAL. Tentu saja saya kembali mengadu ke 147, dan untuk kesekian kalinya di katakan bahwa wilayah rumah saya sedang ada gangguan MASSA, yang artinya seluruh kecamatan itu koneksi SPEEDYnya MATI TOTAL. Gubraxxx, terpaksa saya harus bersabar lagi menunggu hingga koneksinya kembali normal.
Siang ini sempat terlintas ingin mengganti provider saja, kalau seandainya malam(sepulang kerja) koneksi masih MATI, tapi rupanya SPEEDY masih beruntung, saya tidak jadi mengganti karena koneksinya sudah BACK to normal lagi.
Well, semoga saja tidak ada masalah lagi, Amien.
Tapi, itu dulu. Sekarang pujian itu serasa sirna, dan bahkan menurutku terlalu berlebihan. Karena sekarang saya sedang di hadapkan oleh koneksi yang mati hidup dan pelayanan yang sangat lambat.
Ugh rasanya ingin marah-marah, sudah 3 minggu terakhir ini saya mengalami semua itu. Dua minggu lalu, saya pernah mengadu ke pengaduan, tidak ada tindak lanjutnya. Mereka hanya bilang akan men-cek. Oke, saat itu saya masih anteng-anteng saja karena memang koneksi masih bisa di pakai walaupun saya nggak puas 100% karena itu tadi ‘MATI / HIDUP’ yah… proporsi hidupnya 60% lah.
Seminggu yang lalu saya mengadu lagi, karena hampir seharian (sabtu) intensitas hidupnya sisa 20%. Bayangkan, untuk orang seperti saya yang melakukan pekerjaan bergantung dengan Internet, sangat-sangat tersiksa hanya bisa akses 20% saja!!! DAMN.
Saya pun mengadu lagi, kali ini mereka mengirim 3 TEKNISI. Sayangnya teknisi mereka nggak bisa melakukan apa-apa, alasannya: “MASALAHNYA DARI PUSAT MBAK!” ok saya bisa maklumi kalau mereka nggak bisa benerin. Tapi, saya sangat kecewa ketika saya tanya. “Kapan bisa diselsaikan masalahnya!?” well… dengan santainya di jawab, “NGGAK TAU. BIASA NYA LAMA!!”
ASTAGA. Kok bisa di jawab seperti itu. Saya langsung kecewa. Jujur saja di benak saya langsung terlintas pindah provider.
Puncaknya akhir pekan ini, sejak rabu malam internetnya MATI TOTAL. OMG, saya harus menghabiskan libur panjang (4 hari) tanpa INTERNET. Saya memang sangat tergantung dengan koneksi untuk melakukan beberapa kegiatan, seperti mengelola online shop, mencari bahan untuk dijadikan referensi menulis naskah, sampai dengan mencek email kantor. Semalam saya akhirnya online menggunakan TELKOMNET instant, hanya untuk mengirim email pengaduan ke Speedy, semoga cepat dapat tanggapan.
Kalau tidak ada, well…saya sudah bertekad bulat untuk mengganti SPEEDY dengan Provider lain. MMhh… pakai apa ya? Apa back to CBN lagi? Atau pakai ESIA… liat saja deh minggu depan.
Depok. Jan 11, 2008.