Sudah lama aku tidak menulis tentang Ryuga dan banyak perkembangan baru yang perlu ku updated disini, ya... sebagai kenang-kenangan aja sih :)
Yang pertama, perkembangan bicaranya. Wah, sangat mengembirakan. Setiap hari ada saja kata baru yang dapat ia katakan, dan juga kalimat baru yang bisa ia rangkai. Kadang mendengarnya, senantiasa membuatku tersenyum dan merasa bangga.
Contohnya seperti ini…
Ryu: “Bunda…” panggilnya lembut.Bunda: “Iya nak!”
R: Telapak tangannya tiba-tiba mendarat di jidatku. “Bunda sakit?” tanyanya lagi, tampak rasa kwatir dari wajahnya.
B: Aku kaget, mendengar pertanyaannya “APA?”
R: “Bunda sakit ya?” ulangnya.
B: “Enggak. Bunda baik-baik saja.”
R: “Bunda, panas kan?” tangannya di bolak balik untuk meraba jidatku. Ia masih tampak kwatir dan kali ini terlihat sangat serius.
B: “Enggak nak. Bener, bunda baik2 saja.” Jawabku dan tersenyum senang.
Ada lagi nih…
B: “Kakak… bunda dan ayah kerja dulu ya.” Aku mencium keninnya, tak tega membangunkan nya dari tidur.
R: Dia tiba-tiba bangun. “Bunda bunda” rengeknya “bunda nggak boleh kerja…”
B: “Tapi nak…”
R: “Nggak boleh bunda. Bunda di rumah aja, sama kakak…yaa.” pintanya dalam isak tangis.
B: Mengharu biru sambil menjelaskan dengan sabar.
Di atas itu hanya segelintir contoh percakapanku dengan Ryuga yang kerap kali membuatku tersenyum dan merasa bangga. Tapi, sometimes aku juga merasa sedih. Aku sedih karena tidak bisa melihat perkembangannya setiap saat. Selama ini, aku hanya mendapat laporan dari pangasuhnya, dan hanya melihatnya pada malam hari serta weekend saja, duh!Rasanya sedih banget deh.
Yang paling sedih, saat mendengarnya berhitung dalam bahasa inggris. Kala itu, dia sedang bermain dan samar aku mendengarnya sedang menghitung, aku tak menyangka bila ia menghitung dalam bahasa inggris, aku kira saat itu dia sedang bubling (ngoceh).
Aduh kesian ya… aku sama sekali nggak ngeh kalau Ryuga sudah bisa menghitung dengan benar, pakai bahasa inggris pula!! Harap maklum deh :D karena selama ini, aku nggak pernah mengajarinya, ayahnya juga tidak, begitu pula dengan pengasuhnya. Selidik punya selidik… ternyata ia tau karena sering mendengar Kakak DORA dan DIEGO menghitung!!! Walahualam.Sementara itu, untuk perkembangan lain. Ryuga sedang belajar ber-sosialisasi dengan lingkungan di luar rumah. Ya, semoga saja ia bisa dengan cepat membaur dengan anak tetangga dan hitung-hitung ini sebagai awal Ryuga untuk belajar bersosialisasi dengan teman-teman barunya nanti di Play Group.
Sudah hampir dua bulan ini, pikiran dan badan rasanya sedang mengalami kelelahan yang sangat.
Bayangkan hampir setiap weekday aku dan suami berangkat kekantor saat matahari belum nampak dan pulang ketika matahari sudah lama tenggelam, belum lagi penyakit susah tidurku mengganggu tiap malam.
Akibatnya waktu untuk istirahatpun menjadi berkurang, sementara kalau weekend, itu sudah menjadi HAK nya Ryuga, jadi nggak bisa di tawar-tawar lagi, alltime harus bermain dengannya, ya… nggak fulltime juga suh, kadang-kadang nyolong waktu buat tidur siang kalau ryuga sedang tidur hehehe.
Well, aku sepertinya butuh sebuah suntikan penyegar tubuh dan pikiran untuk membuat hari-hari esok agar lebih segar…
Alhamdulillah, suntikan itu akhirnya datang jua, tanpa menunggu lama-lama. Ada rejeki nih, aku dan Ryuga di ajak suami untuk ikut perjalanan dinasnya kesebuah pulau eksotis di timur Indonesia. Pulau apakah itu? Pasti pada tau lah…
Nanti saja deh ceritanya kalau kami sudah balik dari sana… full reportnya insyaAllah di posting deh.
Dan semoga sekembalinya dari sana, aku mendapatkan kesegaran tubuh dan batin yang prima lagi, amien…
Kalimat itu sering kali aku dengar. Dulu saat masih melajang, aku sama sekali tidak ambil pusing dengan kalimat tsb, di anggap angin lalu aja. Tapi setelah menjadi seorang ibu, aku baru memahami arti yang tersirat dari kalimat itu.
Yup… right! Jadi ibu itu memang susah-susah gampang. Kenapa aku bisa berkata begitu? Ya…karena memang menjadi seorang Ibu itu tidaklah mudah. Setelah wanita di takdirkan memiliki anak, maka tanggung jawab wanita tersebut semakin bertambah. Bukan hanya mengurus dirinya sendiri, tapi harus mengurus patner hidup dan tentunya buah perkawinan mereka.
Sesusah apa sih menjadi ibu itu? Sebenarnya, tolak ukurnya tergantung masing-masing pribadi kali ya… tapi kalau menurutku, ketika aku menjadi Ibu, aku langsung di hadapkan dengan berbagai dilema, mulai yang tingkat penyelesaiannya kecil hingga yang besar. Alhamdulillah semua bisa teratasi dengan baik.
Oke untuk sekedar sharing saja, berikut ini dilemma yang pernah kualami….
Tahun pertama menjalani peran ibu. Aku mendapat banyak pengalaman yang baru, saking barunya aku terpacu untuk mulai mencari informasi tentang parenting, melalui media buku, media online, ataupun ikutan milist yang khusus menampung para Ibu untuk berbagi cerita tentang keluarga, anak dan dunia wanita.
Media-media ini banyak membantuku dalam membesarkan putraku. Masa-masa BabyBlues yang banyak di alami oleh ibu di muka bumi, sempat aku alami juga. Aku sempat merasa tertekan saat putraku ber-usia di bawah 6 bulan. Sebenarnya aku malu mengakuinya, kala itu ritme tidurnya membuatku parno. Tapi untunglah semua bisa terlewati dengan mulus dan happy…
Di tahun kedua, persoalan yang kuhadapi semakin banyak. Yang paling membekas adalah, ketika semua orang yang kutemui berkomentar seperti ini…
1. “Anaknya belum bisa ngomong!?”
2. “Kok kurus sih? Susah makan ya?”
Judul : Serba-serbi Menyusui
Penyusun : Meidya Derni & Orin
Konsultasi Isi : Dyah Ayu Inayati, lic. rer. reg.
Penerbit : WaRM Publishing (2007)
Harga : Rp. 24.000,-
Ini adalah buku terbitan WaRM Publishing. Buku yang membahas tentang Serba Serbi Menyusui, mulai dari: Seluk beluk Asi, ada sharing para Ibu tentang suka duka pemberian ASI esklusif, ada TIPS agar produksi ASI lancar, dlsb.
Buku ini sangat cocok untuk para Ibu yang segera mempunyai bayi dan berniat memberikan Asi Esklusif, juga cocok untuk calon Ibu yang ingin tau manfat ASI, cocok juga untuk para calon Ayah loh. Oh iya buku ini juga sangat cocok untuk dijadikan HADIAH buat teman,saudara, orang terkasih yang akan melahirkan...
Ayo - ayo tunggu apa lagi... segera miliki buku ini. Silahkan contact aku di shrie@cbn.net.id atau 0815 1301 8358. Ada discount khusus untuk anda...
Berikut ini sinopsis dan signature di back cover buku SSM:
"Sebenarnya saya ingin sekali memberikan ASI eksklusif kepada bayi saya kelak. Tetapi apakah saya mampu?"
***
Ya, memberikan ASI eksklusif memang merupakan tantangan bagi setiap ibu. Bukan hanya karena ketakutan tidak dapat memberikan ASI yang dirasa oleh sang ibu, tetapi juga tantangan-tantangan lain.
Memang hal tersebut tidaklah mudah, tetapi juga bukan merupakan suatu hal yang tidak mungkin. Buku ini memuat kumpulan diskusi anggota milis WRM seputar menyusui ASI, suka dukanya dan kendala serta tips-tips praktis dari ibu-ibu yang telah memberikan ASI kepada putra-putrinya.
***
Enak disimak. Informasi disajikan dari banyak sisi dengan bahasa yang mudah dimengerti. Karena ditulis dengan 'bahasa ibu', jadi terasa
akrab. Tidak menggurui dan mengerti apa yang dirasakan ibu lain.
Pas untuk kado bagi ibu hamil atau pasangan yang baru menikah :-)
Lita Mariana Penulis
***
"Buku yang kompak, Informatif dan sarat dengan pengalaman praktis sehari-hari seputar ASI."
Agnes Tri Harjaningrum Dokter, Penulis.
***
Cara pemesanan,
Email: shrie@cbn.net.id
SMS: 0815 1301 8358
YM ID: aurelly_one
Cara Pembayaran By: BCA/BNI/PERMATA
Dulu aku hanya manggut-manggut saja ketika teman-teman bercerita tentang susahnya mereka mencari Playgroup, TK, atau Sekolah yang tepat untuk buah hati tercinta. Kendala yang kerap kali menjadi perbincangan itu mulai dari kurikulum yang di ajarkan, lokasi, fasilitas gedung dan yang juga tak kalah pentingnya adalah Biaya!!.
Biaya memang menjadi hal yang sangat penting, mencari sekolah saat ini. Maklum saja, mahalnya biaya pendidikan membuat orang parents sepertiku harus mikir 7 keliling untuk mencovernya. Perbandingan ketika aku sekolah jaman dahulu sangat jauh, aku masuk SD tidak perlu mengeluarkan biaya. Sementara jaman sekarang, orang tua harus menyediakan dana minimal 3 juta sampai 10 juta hanya untuk uang pangkal.
Setali tiga uang dengan mahalnya biaya-biaya itu, bermunculan-lah produk-produk Asuransi pendidikan yang di tawarkan oleh Bank. Memang aku akui program ini bagus, karena bisa menjadi pilihan bijak para orang tua yang baru punya anak, dan aku pun langsung daftar saat Ryuga baru lahir.
Halah, panjang lebar, balik lagi ke inti jurnal ini. Dua bulan yang lalu aku mulai hunting PG buat Ryuga. Saat aku datang ke PG yang pertama, aku tidak langsung “KLIK” dengan PG itu. Dari cara gurunya menjelaskan kurikulum mereka sampai melihat-lihat kondisi kelas dan tempat bermainnya, rasanya kok kurang srek di hatiku ya!? Ryu pun yang saat itu aku ajak, tidak terlalu antusias, ia malah diam saja di pojok ruangan, berdiri memandang kami dari jauh. Hmm.. sepertinya ia takut. Makanya, saat itu aku hanya ambil formulirnya saja. Aku sama sekali tidak mengisi dan mengirim kembali, karena memang aku kurang sreg.
Nah, saat aku berkunjung di PG yang ke-2. Aku langsung “KLIK”!!! Ryu pun langsung senang masuk kedalam kelas, dan mau mendekati guru yang menyambut kami. Beruntung sekali kami, karena saat datang ke PG itu, kami bisa langsung melihat murid PG yang sedang bermain-main di kelas dengan seorang guru yang terlihat sangat sabar membimibing muridnya yang nggak mau diam.
“Ryu sekolah disini aja ya!?” Tanyaku kepada Ryu.
“Bunda sekolah ya… ya…ya…” Jawabnya antusias.
Karena Ryu happy dan akupun SREG, akhirnya sampai dirumah formulirnya langsung aku isi dan senin paginya langsung di kembalikan lagi. Aduh, senang sekali akhirnya aku bisa melalui masa-masa pencarian PG. Dan yang paling membuatku senang, semua apa yang aku harapkan, ada di PG itu, Alhamdulillah.
Semoga Ryuga bisa betah dan nggak booring dengan PG nya yang masuk 3 kali seminggu, dan setiap harinya hanya masuk 2 jam saja, Amieeennn...
Seram nggak baca judulnya? Hehehe terlalu berlebihan ya... tapi tak mengapa lah, aku memang sedang kesal aja dengan peraturan yang di terapkan oleh salah satu pusat perbelanjaan di Margonda raya, Depok.
Narsis? Entah sejak kapan kata narsis ini ada dalam kamusku. Yang jelas narsis ini sudah mulai menderaku saat Digicam booming, ya kira-kira 2-3 tahun belakangan deh.
So far.... no problem!!. Tidak ada yang merasa di rugikan dengan sikap narsis ku. sampai minggu lalu, saat aku sedang plesiran di salah satu pusat perbelanjaan, aku mendapat sentilan yang membuat kupingku merah saat mendengarnya.
Kala itu, saat aku sedang asyik, jepret sana jepret sini. Seorang petugas berseragam menghampiriku, dan aku terlibat percakapan seperti ini...
Petugas Berseragam: "Siang bu!" Ramah.
Aku: "Siang!?" Jaga jarak.
PB: "Apa ibu sudah punya ijin memotret?" Suaranya masih ramah.
A: Menarik alis keatas, bingung dengan pertanyaannya. "Maksudnya!?"
PB: "Di mall ini di larang memotret tanpa surat ijin!"
HAH!!! Aku kaget. Asli sangat kaget. Kaget dengan peraturan yang sangat mengada-ada, menurutku. Dan, saat itu aku spontan ber argumen. A: "Loh!! Saya mana tau dengan peraturan seperti itu?"PB: "Iya bu memang begitu adanya!" masih rama.
A: "Pak, saya ini tidak sedang motret arsitektur bangunan mall ini. Tapi, saya sedang motret anak saya, tuh sana lagi naik sapi-sapian...!" Aku tunjuk saja Ryuga yang memang sedang naik sapi-sapian.
PB: "Boleh sih bu. Asal ibu motretnya sembunyi-sembunyi!" Dia masih ramah.
Sementara aku sudah nyolot, pengen protes keras sama petugas berseragam itu. Tapi ku urungkan niat itu. Aku sadar si PB itu hanya menjalankan tugas, dia nggak salah apa-apa. Yang salah dan menyebalkan itu adalah management mall tersebut. Peraturannya terlalu menyebalkan dan mengada-ada. Well, kalaupun memang meraka melarang memotret tanpa ijin, mengapa di pintu masuk tidak di pasang tanda "DILARANG MEMOTRET!!". Kalau tanda itu ada!! Aku pasti akan lebih aware dan tidak akan menggunakan digicam!!. Anywey, aku sangat kecewa berat dengan Management Mall tersebut!!