R: “Bunda, aku tadi jajan di kentin.” B: Shock!!! “Jajan!! Jajan apa?” Suer deh shock berat. Maklum nggak pernah ngajarin Ryu jajan, dan ngasih uang jajan. R: “Ciki…” B: Tambah shock “Memang Ryu punya uang?” R: “Nggak punya.” B: Semakin shock, “kok bisa jajan? Kan Ryu nggak punya uang!” R: “aku ambil aja…!” B: Pengen pingsan.
Oalaa nak.. itu bukan jajan namanya, kalau ndak punya uang. Sebagai ortu tentu aku gusar bukan main. Dan jadi ngorek-ngorek keterangan apa sih yang terjadi di ‘kentin’ tersebut, apa bener Ryu ngambil barang tampa bayar, atau dia ngambil barang karena dikasih orang!! Tapi susah juga ya ngorek info dari anak sekecil itu, secara jawaban yang di berikan suka aneh-aneh dan berliku-liku.
Well, dari pada pusing tujuh keliling mikiran itu, aku langsung saja cek dan ricek ke ibu gurunya.
B: “Ass.wr.wb bu guru, aku mau tanya. Di sekolahan anak-anak apa diperbolehkan jajan kekantin?”
BG: “Walaikumsalam. Alow bunda, dari pihak sekolah, tidak diperbolehkan jajan. Dan pagar sekolah selalu terkunci (kebetulan lokasi kantin di luar sekolah), kecuali pada saat jam pulang.”
B: Legah mendengarnya. Aku langsung ceritain deh kisah Ryu itu. “Mm… kalau pulang sekolah rasanya nggak mungkin bu, soalnya Ryu langsung dijemput didepan pagar.”
Setelah ngobrol-ngobrol, si ibu guru berjanji akan lebih memperhatikan siswa yang nyasar ke kantin. Aku juga minta tolong di cross cek ke kantin apa ada anak yang ambil ciki tanpa bayar? Hehehehehe, asli aku takut banget, jangan sampai apa yang diceritakan Ryu itu bener… *sigh.*
1 komentar:
trus..truss...lanjutannya gimana mbak ? (penasaram Mode ON)
Post a Comment