By: Shrie Amriza
Publish at WRM "Anaknya nakal sekali!"
"Anaknya kenapa suka memukul?"
"Hati-hati jangan dekat dengannya ia suka menggigit!" Ungkapan-ungkapan diatas menjadi sarapan pagi bagiku waktu mudik ke kampung halaman beberapa waktu yang lalu, awalnya aku hanya bisa terseyum bila mereka mengatakan itu, tapi lama kelamaan kuping ini merah juga di sindir dengan ungkapan seperti itu dan membuatku jadi lebih memperhatikan tingkah putraku (23 Bulan) dengan seksama. Benar saja apa yang mereka ungkapkan, ternyata putraku menunjukkan perilaku “lazim” yang tidak boleh dibiarkan. Disaat aku semakin gundah dengan sikap putraku, ada Artikel di Majalah Parents Guide , edisi April yang cocok dengan masalah yang sedang aku hadapi. Di Artikel tersebut di jelaskan bahwa Ada 4 perilaku “lazim” yang kita temui pada batita dan tidak boleh dibiarkan, adapun perilaku tersebut adalah sbb: 1. Perilaku Menggigit
Putraku senang sekali menggigit, perilaku ini pernah terjadi saat ia sedang tumbuh gigi, tetapi setelah fase awal tumbuh giginya selesai perilaku itupun berangsur-angsur hilang. Tetapi, belakangan ini perilaku menggigitnya muncul lagi bila kami melarangnya disaat ia sedang melakukan hal-hal yang menurut kami membahayakan dirinya. Menurut American Academy of Children and Adolescent Psychiatry (AACAP) kebanyakan anak mulai menggigit secara agresif antara usia 1 - 3 tahun. Perilaku menggigit ini tidak boleh di biarkan karena anak sedang menguji kekuasaannya, atau untuk mencari perhatian. Beberapa anak menggigit karena merasa tidak bahagia, cemas atau cemburu. Apapun alasannya, anak tidak boleh dibiarkan menggigit, agar ia tidak menganggap perilaku tersebut aman. Bagaimana cara menghentikan perilaku tersebut? :
- Saat anak menggigit, katakan “jangan” dengan tenang dan tegas. Pegang/tahan tubuhnya dengan lembut. Jika aksi gigit tak juga dihentikan, cobalah menerapkan konsekuensi negatif. Misalnya, tak menggendongnya selama 5 menit setelah ia menggigit.
- Jangan pernah menunjukkan kepada anak bahwa aktifitas menggigit itu adalah perbuatan yang lucu atau ungkapan rasa gemas yang wajar.
- Jangan menggigit anak untuk menunjukkan betapa sakitnya menggigit itu. - Jika cara-cara di atas tidak efektif, cobalah berkonsultasi dengan ahlinya. 2. Perilaku Memukul/Mendorong
Perilaku inipun sering kali di tunjukan oleh putraku beberapa bulan terakhir ini, bila ia sedang bermain dengan teman sebayanya ataupun yang lebih tua darinya, tidak segan-segan ia memukul/mendorong mereka. Bukan disaat sedang berebut mainan saja, tetapi saat sedang berdiam diripun ia melakukannya. Tentu saja perilaku ini membuatku melarangnya keluar untuk bermain dengan temannya, karena kerap kali teman-temannya tidak mau bermain dengan putraku atau menjauhinya. Aku tau sikapku melarangnya untuk bermain malah menjadi boomerang baginya, karena ia akan merasa perilaku memukul/mendorongnya ini tidak mengapa ia lakukan dan perilaku ini akan menjadi kebiasaan. Bagaimana cara menghentikan perilaku tersebut?
- Biarkan anak tetep bermain dan bersosialisasi dengan temannya. Dan di saat anak akan memukul/mendorong anak lain, segera katakan dengan tegas “Jangan Pukul. Sakit!” tahan tangannya dan jauhkan dari anak yang dipukulinya. Lalu beri perhatian yang lebih pada anak yang dipukulinya. Jangan pernah membalas memukul anak untuk menunjukan betapa sakitnya dipukul, atau untuk menghukumnya.
- Jika anak sering memukul/mendorong, lakukan upaya pencegahan begitu ia terlihat sangat frustasi atau terganggu. Alihkan perhatiannya atau jauhkan ia dari situasi yang membuatnya frustasi. Awasi lebih ketat setiap kali ia bermain dengan anak lain. Selidiki kemungkinan adanya masalah, misalnya: ia sedang sedih atau marah, pernah menyaksikan atau menjadi korban kekerasan fisik, dlsb.
- Jangan biarkan anak menyaksikan atau terlibat dalam permainan “berantem-berantem”, dengan siapapun.
- Jika bantuan memukul/mendorong tak juga hilang, carilah bantuan professional. 3. Perilaku Menantang Bahaya
Anak usia 1-3 tahun sedang mengalami perkembangan motorik yang sangat pesat. Anak sangat antusias belajar berjalan, berlari dan memanjat. Rasa ingin taunya sangat besar membuat anak ingin menjelajah lingkungannya dan menguji respons orang terhadap perilakunya. Disisi lain ia belum memahami bahaya-bahaya besar yang timbul akibat perilakunya tsb. Hal ini pun dialami oleh putraku, ia kerap kali menunjukan perilaku menantang bahaya, seperti: Ingin berjalan sendiri di Jalanan umum tanpa mau di pegang orang dewasa, Berlari kencang dan sengaja menabrak tembok, Memanjat pagar rumah, memanjat lemari, menarik-narik kabel listrik, dlsb. Masih menurut artikel di Majalah Parents Guide, “Perilaku-perilaku tersebut dapat berakibat fatal untuk anak seusia ini dan anak perlu di ajar untuk takut terhadap bahaya-bahaya besar. Membiarkan anak menantangnya dengan tujuan ‘agar anak menjadi pemberani’ terlalu beresiko.” Bagaimana cara menghentikan perilaku tersebut?
- Jika anak sedang mendekati bahaya, segera katakan dengan tegas “jangan” (dan langsung diikuti dengan konsekuensinya, misalnya, “panas” atau “nanti jatuh, sakit!”). Ucapan ini harus disertai dengan ekspresi ketakutan yang sungguh-sungguh. Bila perlu tahan tubuhnya agar tidak meneruskan aksinya, dan alihkan dari sumber bahaya.
- Bila anak sering menantang bahaya, buatlah pengaman yang memadai di dalam rumah. 4. Perilaku Melempar-lempar Benda Rasa ingin tau anak seusia ini sangat besar, anak penasaran mengamati ‘apa yang akan terjadi’ bila benda di lempar, dan anak juga ingin tau reaksi orang bila ia melempar sebuah benda. Tidak aneh bila putraku pun sering melempar mangkok makannya, gelas minumnya, remote control dan kadang HP akupun menjadi bahan eksperimennya. Kenapa perilaku ini tidak boleh dibiarkan? Karena beberapa benda yang di lempar bisa membahayakn dirinya atau orang lain. Misalnya, ia bisa terpeleset oleh makanan yang ia lempar, ia bisa cedera oleh serpihan benda pecah belah yang ia lempar, dlsb. Bagaimana cara menghentikan perilaku tersebut?
- Saat anak sedang melempar-lempar, segera katakana “jangan” dengan tenang dan tegas. Tahan tangannya yang di gunakan untuk melempar dam alihkan perhatiannya agar kita bisa mengambil benda yang akan ia lempar. JANGAN pernah memaksa membuka genggaman tangan anak, agar ia tidak menganggap pemaksaan fisik di perbolehkan.
- Jika anak sering melempar-lempar, jangan meletakkan benda berharga atau benda pecah belah di dekatnya.
- Salurkan hasrat dan energi anak untuk melempar-lempar, dengan menyediakan bola plastik warna warni dan keranjang transparan sebagai sasaran melempar. (SA/2006) Inspirasi Artikel:
* Berbagai Sumber
* Majalah Parents Guide, Edisi: April 2006
* American Academy of Children and Adolescent Psychiatry (AACAP)
Publish at WRM "Anaknya nakal sekali!"
"Anaknya kenapa suka memukul?"
"Hati-hati jangan dekat dengannya ia suka menggigit!" Ungkapan-ungkapan diatas menjadi sarapan pagi bagiku waktu mudik ke kampung halaman beberapa waktu yang lalu, awalnya aku hanya bisa terseyum bila mereka mengatakan itu, tapi lama kelamaan kuping ini merah juga di sindir dengan ungkapan seperti itu dan membuatku jadi lebih memperhatikan tingkah putraku (23 Bulan) dengan seksama. Benar saja apa yang mereka ungkapkan, ternyata putraku menunjukkan perilaku “lazim” yang tidak boleh dibiarkan. Disaat aku semakin gundah dengan sikap putraku, ada Artikel di Majalah Parents Guide , edisi April yang cocok dengan masalah yang sedang aku hadapi. Di Artikel tersebut di jelaskan bahwa Ada 4 perilaku “lazim” yang kita temui pada batita dan tidak boleh dibiarkan, adapun perilaku tersebut adalah sbb: 1. Perilaku Menggigit
Putraku senang sekali menggigit, perilaku ini pernah terjadi saat ia sedang tumbuh gigi, tetapi setelah fase awal tumbuh giginya selesai perilaku itupun berangsur-angsur hilang. Tetapi, belakangan ini perilaku menggigitnya muncul lagi bila kami melarangnya disaat ia sedang melakukan hal-hal yang menurut kami membahayakan dirinya. Menurut American Academy of Children and Adolescent Psychiatry (AACAP) kebanyakan anak mulai menggigit secara agresif antara usia 1 - 3 tahun. Perilaku menggigit ini tidak boleh di biarkan karena anak sedang menguji kekuasaannya, atau untuk mencari perhatian. Beberapa anak menggigit karena merasa tidak bahagia, cemas atau cemburu. Apapun alasannya, anak tidak boleh dibiarkan menggigit, agar ia tidak menganggap perilaku tersebut aman. Bagaimana cara menghentikan perilaku tersebut? :
- Saat anak menggigit, katakan “jangan” dengan tenang dan tegas. Pegang/tahan tubuhnya dengan lembut. Jika aksi gigit tak juga dihentikan, cobalah menerapkan konsekuensi negatif. Misalnya, tak menggendongnya selama 5 menit setelah ia menggigit.
- Jangan pernah menunjukkan kepada anak bahwa aktifitas menggigit itu adalah perbuatan yang lucu atau ungkapan rasa gemas yang wajar.
- Jangan menggigit anak untuk menunjukkan betapa sakitnya menggigit itu. - Jika cara-cara di atas tidak efektif, cobalah berkonsultasi dengan ahlinya. 2. Perilaku Memukul/Mendorong
Perilaku inipun sering kali di tunjukan oleh putraku beberapa bulan terakhir ini, bila ia sedang bermain dengan teman sebayanya ataupun yang lebih tua darinya, tidak segan-segan ia memukul/mendorong mereka. Bukan disaat sedang berebut mainan saja, tetapi saat sedang berdiam diripun ia melakukannya. Tentu saja perilaku ini membuatku melarangnya keluar untuk bermain dengan temannya, karena kerap kali teman-temannya tidak mau bermain dengan putraku atau menjauhinya. Aku tau sikapku melarangnya untuk bermain malah menjadi boomerang baginya, karena ia akan merasa perilaku memukul/mendorongnya ini tidak mengapa ia lakukan dan perilaku ini akan menjadi kebiasaan. Bagaimana cara menghentikan perilaku tersebut?
- Biarkan anak tetep bermain dan bersosialisasi dengan temannya. Dan di saat anak akan memukul/mendorong anak lain, segera katakan dengan tegas “Jangan Pukul. Sakit!” tahan tangannya dan jauhkan dari anak yang dipukulinya. Lalu beri perhatian yang lebih pada anak yang dipukulinya. Jangan pernah membalas memukul anak untuk menunjukan betapa sakitnya dipukul, atau untuk menghukumnya.
- Jika anak sering memukul/mendorong, lakukan upaya pencegahan begitu ia terlihat sangat frustasi atau terganggu. Alihkan perhatiannya atau jauhkan ia dari situasi yang membuatnya frustasi. Awasi lebih ketat setiap kali ia bermain dengan anak lain. Selidiki kemungkinan adanya masalah, misalnya: ia sedang sedih atau marah, pernah menyaksikan atau menjadi korban kekerasan fisik, dlsb.
- Jangan biarkan anak menyaksikan atau terlibat dalam permainan “berantem-berantem”, dengan siapapun.
- Jika bantuan memukul/mendorong tak juga hilang, carilah bantuan professional. 3. Perilaku Menantang Bahaya
Anak usia 1-3 tahun sedang mengalami perkembangan motorik yang sangat pesat. Anak sangat antusias belajar berjalan, berlari dan memanjat. Rasa ingin taunya sangat besar membuat anak ingin menjelajah lingkungannya dan menguji respons orang terhadap perilakunya. Disisi lain ia belum memahami bahaya-bahaya besar yang timbul akibat perilakunya tsb. Hal ini pun dialami oleh putraku, ia kerap kali menunjukan perilaku menantang bahaya, seperti: Ingin berjalan sendiri di Jalanan umum tanpa mau di pegang orang dewasa, Berlari kencang dan sengaja menabrak tembok, Memanjat pagar rumah, memanjat lemari, menarik-narik kabel listrik, dlsb. Masih menurut artikel di Majalah Parents Guide, “Perilaku-perilaku tersebut dapat berakibat fatal untuk anak seusia ini dan anak perlu di ajar untuk takut terhadap bahaya-bahaya besar. Membiarkan anak menantangnya dengan tujuan ‘agar anak menjadi pemberani’ terlalu beresiko.” Bagaimana cara menghentikan perilaku tersebut?
- Jika anak sedang mendekati bahaya, segera katakan dengan tegas “jangan” (dan langsung diikuti dengan konsekuensinya, misalnya, “panas” atau “nanti jatuh, sakit!”). Ucapan ini harus disertai dengan ekspresi ketakutan yang sungguh-sungguh. Bila perlu tahan tubuhnya agar tidak meneruskan aksinya, dan alihkan dari sumber bahaya.
- Bila anak sering menantang bahaya, buatlah pengaman yang memadai di dalam rumah. 4. Perilaku Melempar-lempar Benda Rasa ingin tau anak seusia ini sangat besar, anak penasaran mengamati ‘apa yang akan terjadi’ bila benda di lempar, dan anak juga ingin tau reaksi orang bila ia melempar sebuah benda. Tidak aneh bila putraku pun sering melempar mangkok makannya, gelas minumnya, remote control dan kadang HP akupun menjadi bahan eksperimennya. Kenapa perilaku ini tidak boleh dibiarkan? Karena beberapa benda yang di lempar bisa membahayakn dirinya atau orang lain. Misalnya, ia bisa terpeleset oleh makanan yang ia lempar, ia bisa cedera oleh serpihan benda pecah belah yang ia lempar, dlsb. Bagaimana cara menghentikan perilaku tersebut?
- Saat anak sedang melempar-lempar, segera katakana “jangan” dengan tenang dan tegas. Tahan tangannya yang di gunakan untuk melempar dam alihkan perhatiannya agar kita bisa mengambil benda yang akan ia lempar. JANGAN pernah memaksa membuka genggaman tangan anak, agar ia tidak menganggap pemaksaan fisik di perbolehkan.
- Jika anak sering melempar-lempar, jangan meletakkan benda berharga atau benda pecah belah di dekatnya.
- Salurkan hasrat dan energi anak untuk melempar-lempar, dengan menyediakan bola plastik warna warni dan keranjang transparan sebagai sasaran melempar. (SA/2006) Inspirasi Artikel:
* Berbagai Sumber
* Majalah Parents Guide, Edisi: April 2006
* American Academy of Children and Adolescent Psychiatry (AACAP)
0 komentar:
Post a Comment