Dated: April 26, 2006
Word: 505 Words Konsentrasiku buyar oleh dering telpon di sudut sana, aku kehilangan greget adegan haru biru pertemuan Kim dan Soo di salah satu episode Drama Korea berjudul Love for the first side yang sedang aku tonton dan sangat menyita waktuku belakangan ini.
Ya, aku memang lagi tergila-gila dengan drama Korea.
"Sial ganggu aja nih," umpatku dan bergegas memencet tombol PAUSE pada remote control, dengan malasnya aku menyeret kedua kakiku menuju telpon disudut ruangan yang jaraknya hanya 3 meter dari tempat aku nonton.
"Selamat siang," ucapku singkat.
"Siang bu," ujar seseorang diujung sana, suaranya terdengar sangat sopan dan berwibawa.
"Ini siapa," ujarku ketus, aku masih kesal karena di interupsi dari acara favoriteku.
"Maaf, apa benar ini kediaman Bapak Soeryo?" tanyanya sekali lagi, suaranya masih terdengar sopan.
"Betul, tapi bapak lagi ga ada!, Ada pesan ?" ujarku lagi-lagi ketus, ingin sekali aku memutuskan sambungan telpon saat itu.
"Maaf, saya bicara dengan siapa?" tanyanya lagi, dan membuatku semakin kesel, ngapain sih dia pingin tau aku ini siapa? tanyaku sewot di dalam hati, wajah-wajah aktor Korea kembali bermunculan di benakku seolah-olah mereka memanggilku untuk segera kembali menonton.
"Saya anaknya, ada pesan?" tanyaku singkat. dan frustasi karena bapak di ujung sana tidak jua mengerti dengan kondisi saat ini.
"Baiklah kalau Adik ini anaknya, Nama saya Prawoto dari UGD RS Permata Sejahtera. Saya ingin mengabarkan bahwa Ayah anda mengalami kecelakaan!" ia berhenti sejenak, ia sengaja mengukur waktu, ia sedang menunggu reaksiku, dan aku sangat terkejut dengan berita yang baru saja ia sampaikan, bagai di siram bergalon-galon air dingin badanku serasa langsung kaku, bibirku pun sangat susah untuk di gerakkan "halo halo Adik masih disana?" teriaknya, terdengar panik.
Bibirku semakin susah untuk di gerakkan, tak terasa pipi ini sudah basah oleh air mata yang mengalir "beliooo gimana apakah selamat atauu..?" tanyaku gugup.
"Maaf dik, belio tidak selamat dalam kecelakaan tersebut, belio telah wafat sebelum tiba di RS" ujarnya tenang.
Dan sekali lagi tubuhku merasakan sensasi yang luar biasa hebatnya, kalau tadi badanku spontan kaku dan tak bisa bergerak, saat ini aku langsung lunglai dan terduduk di lantai, gagang telpon lepas dari peganganku, diujung sana terdengar bapak itu memanggilku berulang-ulang.
Dengan sekuat tenaga aku coba meraih gagang telpon itu "Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun," hanya kata itu yang bisa terucap dari bibirku yang kaku.
"Adik, silahkan segera kesini untuk mengidentifikasi Jasad Bapak Soeryo Atmaja dan segera di bawah kerumah duka," ujarnya tetap sopan dan terdengar penuh simpatik.
"Apa!!," ujarku cepat, aku ingin memastikan apa yang baru saja ia katakan "Tadi bapak bilang apa?" ulangku lagi, spontan aku langsung mendapatkan kekuatan yang sangat besar, membuatku langsung berdiri dengan tegap.
"Maaf, maksud adik?" katanya singkat.
"Tadi bapak bilang Soeryo Atma..." ujarku sekali lagi.
"Oooh itu, Adik secepatnya kesini saja biar jasad Bapak Soeryo Atmaja segera di bawah kerumah duka" ulangnya masih tetap sabar, suaranya terdengar penuh simpatik yang demikian dalam.
"Jadi yang kecelakaan itu Soeryo Atmaja? tapi Ayah saya namanya Soeryo Syaputro, wah bapak salah sambung nih, gimana sih!" ujarku kesel dan juga legah.
"Bagaimana sih, salah sambung ko diangkat!" dan di ujung sana terdengar nada tuut..tuut..tuut..[SA]